Selamat Datang di Duniaku "JADIKAN DUNIAMU ADALAH PIKIRANMU" Berwawasan Luas dan Kenali Duniamu

Beranda, Cilacap, Film, Puisi, Artikel, Tips Computer

Jumat, 28 Januari 2011

Bersyukurlah atas segala nikmat

‘ALHAMDULILLAHI RABBIL AALAMIIN’,

Aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku dan menunjukkan keadaan di surga. Kami berjalan memasuki suatu ruang kerja penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata, ” Ini adalah Seksi Penerimaan. Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah diterima”.

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia. Kemudian aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua.

Malaikat-ku berkata, “Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman. Disini kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses dan dikirim ke manusia-manusia yang masih hidup yang memintanya”.

Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu. Ada banyak malaikat yang bekerja begitu keras karena ada begitu banyaknya permohonan yang dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil. Yang sangat mengejutkan aku, hanya ada satu malaikat yang duduk disana, hampir tidak melakukan apapun. “Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih”, kata Malaikatku pelan. Dia tampak malu.

“Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan disini?”, tanyaku. “Menyedihkan”, Malaikat-ku menghela napas. ” Setelah manusia menerima rahmat yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang mengirimkan pernyataan terima kasih”.

“Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas rahmat Tuhan?”, tanyaku.
“Sederhana sekali”, jawab Malaikat. “Cukup berkata, ‘ALHAMDULILLAHI RABBILAALAMIIN, Terima kasih, Tuhan’ “. “Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri”, tanyaku.
Malaikat-ku menjawab, “Jika engkau mempunyai makanan di lemari es, pakaian yang menutup tubuhmu, atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur, maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini. “Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu, dan uang-uang receh, maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.

“Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputer mu, engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu. Juga…. “Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan … engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.

“Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat …. Maka engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia”.

“Jika engkau dapat menghadiri Masjid atau pertemuan religius tanpa ada ketakutan akan penyerangan, penangkapan, penyiksaan, atau kematian … maka engkau lebih dirahmati daripada 3 milyar orang di dunia.

“Jika orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan … maka engkau termasuk orang yang sangat jarang.

“Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum, maka engkau bukanlah seperti orang kebanyakan, engkau unik dibandingkan semua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan. “Jika engkau dapat membaca pesan ini, maka engkau menerima rahmat ganda, yaitu bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu berpikir bahwa engkau orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih dirahmati daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali”. Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Allah anugerahkan kepadamu. Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua teman-teman-mu untuk mengingatkan mereka betapa dirahmatinya kita semua. “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak nikmat kepadamu’ “. (QS:Ibrahim (14) :7 )

Ditujukan pada : Departemen Pernyataan Terima Kasih:
“Terima kasih, Allah! Terima kasih, Allah, atas anugerahmu berupa kemampuan untuk menerjemahkan dan membagi pesan ini dan memberikan aku begitu banyak teman-teman yang istimewa untuk saling berbagi”.

wanita itu sempurna


Ketika Tuhan menciptakan wanita, DIA lembur pada hari ke-enam. Malaikat datang dan bertanya, ”Mengapa begitu lama, Tuhan?”

Tuhan menjawab:
“Sudahkan engkau lihat semua detail yang saya buat untuk menciptakan mereka?”
“ 2 Tangan ini harus bisa dibersihkan, tetapi bahannya bukan dari plastik. Setidaknya terdiri dari 200 bagian yang bisa digerakkan dan berfungsi baik untuk segala jenis makanan. Mampu menjaga banyak anak saat yang bersamaan. Punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan keterpurukan… , dan semua dilakukannya cukup dengan dua tangan ini ”

Malaikat itu takjub.

“Hanya dengan dua tangan?….impossible!“ Dan itu model standard?!

“Sudahlah TUHAN, cukup dulu untuk hari ini, besok kita lanjutkan lagi untuk menyempurnakannya“. “Oh.. Tidak, SAYA akan menyelesaikan ciptaan ini, karena ini adalah ciptaan favorit SAYA”.

“O yah… Dia juga akan mampu menyembuhkan dirinya sendiri, dan bisa bekerja 18 jam sehari”. Malaikat mendekat dan mengamati bentuk wanita-ciptaan TUHAN itu. “Tapi ENGKAU membuatnya begitu lembut TUHAN ?”

“Yah.. SAYA membuatnya lembut. Tapi ENGKAU belum bisa bayangkan kekuatan yang SAYA berikan agar mereka dapat mengatasi banyak hal yang luar biasa.“

“Dia bisa berpikir?”, tanya malaikat. Tuhan menjawab: “Tidak hanya berpikir, dia mampu bernegosiasi.” Malaikat itu menyentuh dagunya….

“TUHAN, ENGKAU buat ciptaan ini kelihatan lelah & rapuh! Seolah terlalu banyak beban baginya.” “Itu bukan lelah atau rapuh….itu air mata”, koreksi TUHAN “Untuk apa?”, tanya malaikat

TUHAN melanjutkan:
“Air mata adalah salah satu cara dia mengekspressikan kegembiraan, kegalauan, cinta, kesepian, penderitaan dan kebanggaan.”

“Luar biasa, ENGKAU jenius TUHAN” kata malaikat. “ENGKAU memikirkan segala sesuatunya, wanita- ciptaanMU ini akan sungguh menakjubkan!

Wanita ini akan mempunyai kekuatan mempesona laki-laki. Dia dapat mengatasi beban bahkan melebihi laki-laki.

Dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri.
Dia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit.
Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan.
Dia berkorban demi orang yang dicintainya.
Mampu berdiri melawan ketidakadilan.
Dia tidak menolak kalau melihat yang lebih baik.
Dia menerjunkan dirinya untuk keluarganya. Dia membawa temannya yang sakit untuk berobat.

Cintanya tanpa syarat.
Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang.
Dia girang dan bersorak saat melihat kawannya tertawa .
Dia begitu bahagia mendengar kelahiran.
Hatinya begitu sedih mendengar berita sakit dan kematian.
Tetapi dia selalu punya kekuatan untuk mengatasi hidup.

Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.
Hanya ada satu hal yang kurang dari wanita:
Dia lupa betapa berharganya dia…

Sampaikan pesan ini kepada wanita di sekeliling kita. Ingatkan mereka, karena terkadang mereka perlu diingatkan..!!! Bahwa mereka begitu berharga..

Aku Mecintaimu Karena Allah

Suatu ketika seseorang sahabat berada di sisi Nabi SAW lewatlah seorang di hadapannya. Ketika melihatnya ia berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku mencintainya. ”Nabi SAW bertanya kepadanya, “Apakah engkau telah memberitahukannya?” “Belum.”
Jawabnya. Beliau bersabda, “Beritahukanlah.” Orang tersebut menyusulnya dan berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.” Orang tersebut membalas dengan ungkapan, “Semoga Allah yang menjadikanmu mencintaiku juga mencintaimu sebagaimana engkau mencintaiku.” (HR. Abu Dawud, shahih)


Sungguh, kalimat tersebut menggetarkan jiwa dan menyejukkan hati. Betapa tidak,  ungkapan tersebut merupakan ekspresi iman yang tulus dan jujur. Bukan ucapan yang didasari keinginan duniawi. Bukan pula basa-basi yang diucapkan sebagai pemanis bibir.

Cinta dan loyalitas merupakan suatu kata indah yang sering diungkapkan banyak orang, namun jarang yang tepat menggunakan atau memahaminya. Saat ini kata tersebut malah identik dengan hal yng berkonotasi nafsu atau syahwat. Inilah akibatnya, jika tsunami media luar masuk ke negeri ini tanpa kontrol. Padahal, cinta dalam Islam merupakan kata-kata yang bermakna tinggi dari semua itu. Dengan cinta seseorang bisa masuk surga atau berakhir dalam neraka. Itu tergantung dari bagaimana dan kepada siapa ia mencintai.

Mengungkapkan perasaan cinta

Mengungkapan perasaan cinta kepada saudara seiman karena Allah merupakan suatu hal yang positif. Rasulullah SAW pernah mengungkapkan kecintaannya kepada sahabat Muadz bin Jabal RA.


عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ:”يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ”. فَقَالَ :”أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لاَ تَدَعَنَّ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُولُ اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ”.


Diriwayatkan dari Muadz bin Jabal RA bahwa Rasulullah SAW meraih tangannya lalu mengatakan, “Wahai Muadz, demi Allah aku mencintaimu!” Lalu beliau bersabda, “Wahai Muadz, aku berpesan kepadamu untuk tidak meninggalkan doa setelah shalat. ‘Allahumma `ainni `ala dzikrika wa husni ibadatika’ (Ya Allah bantulah aku untuk selalu berdzikir, mensyukuri nikmatmu dan beribadah kepadamu dengan baik’.” (HR. Abu Dawud)

Mengungkapkan perasaan cinta karena Allah kepada sesama muslim bisa menjadi penguat ukhuwah atau persaudaraan. Sebab, dalam hubungan sosial selalu ada riak-riak kecil perasaan ghil, jengkel atau iri hati yang muncul karena kesalahpahaman. Ukhuwwah pun menjadi kaku dan dingin. Sehingga saat bertemu, tidak banyak salam dan sapa terucap.  Jika dibiarkan, duri-duri tersebut dapat merusak ukhuwwah. Padahal, sebenarnya kekakuan tersebut bisa cair dengan komunikasi yang jujur dan tulus. Karena itulah Rasulullah SAW menganjurkan untuk mengekspresikan perasaan cinta dengan kata-kata.
 
إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ إِيَّاهُ

“Jika seseorang mencintai saudaranya maka hendaknya ia mengungkapkan kepadanya bahwa ia mencintainya.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Namun sayangnya sunnah ini semakin jarang dilakukan kaum Muslimin. Bisa jadi karena rasa enggan, malu atau tidak mengetahui efek positifnya. Padahal orang-orang shalih terdahulu mereka juga saling mengungkapkan rasa cinta mereka kepada saudaranya. Suatu ketika Mujahid, seorang ulama besar tabi’in menceritakan, “Aku bertemu dengan salah seorang dari sahabat Rasulullah SAW ia memegang pundakku dari belakang seraya berkata, “Sesungguhnya aku mencintaimu.” Kemudian aku membalasnya dengan mengatakan kepadanya, “Semoga Allah yang membuat engkau mencintaiku juga mencintaimu sebagaimana engkau mencintai aku.” Lalu sahabat tersebut berkata, “Sekiranya Rasulullah SAW tidak bersabda, “Apabila seseorang mencintai orang lain maka ungkapkanlah kepadanya bahwa ia mencintainya.” Niscahya aku tidak akan mengungkapkannya kepadamu.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad, hasan shahih).

Dengan ungkapan rasa cinta seseorang kepada saudaranya maka hubungan ukhuwwah karena Allah ta’ala akan semakin bertambah kuat dan kokoh, sehingga akan mendorong saudaranya untuk juga mencintainya serta mendoakannya dengan tulus. Yang demikian itu tentu juga akan menambah kesempurnaan iman seseorang, karena ikatan cinta karena Allah merupakan simpul ikatan cinta yang paling kuat.

Seseorang akan bersama yang ia cintai
Urusan cinta dan loyalitas bukan hal sederhana. Nasib anda di akherat kelak bergantung kepada bagaimana Anda mengelolanya. Kelak di akhirat, seseorang akan disatukan bersama orang yang ia cintai. Karena itu cintailah orang yang dijamin mendapatkan cinta-Nya. Yaitu, para Nabi, as-shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih.

Dari Anas bin Malik ia menceritakan bahwa seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Wahai Rasulullah kapankah tibanya hari Kiamat? Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari Kiamat?” Orang tersebut berkata, “Kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.” Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya engkau akan bersama yang engkau cintai.” Demi mendengar sabda Rasulullah tersebut Anas bin Malik berkata, “Tidak ada sesuatu yang menggembirakan kami setelah masuk Islam, melebihi kegembiraan kami terhadap sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya engkau bersama yang engkau cintai.” Lalu Anas berkata, “Aku mencintai Allah dan Rasul-Nya juga Abu Bakar dan Umar dan aku berharap semoga kelak bisa dikumpulkan bersama mereka walaupun tidak bisa beramal dengan amalan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Persaudaraan dalam Islam merupakan sesuatu yang istimewa. Keterkaitan muslim dengan saudaranya bukan karena faktor demografi, bahasa, warna kulit, warna mata atau ras. Melainkan karena keimanan kepada Allah dalam satu akidah. Karena itu derajat dan kedudukan muslim yang berhasil mengukuhkan ukhuwwah tersebut sangat tinggi dan mulia. Para Nabi dan syuhada pun iri kepada mereka.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat suatu golongan manusia yang bukan dari para nabi dan bukan pula syuhada, akan tetapi para nabi dan syuhada iri dengan kedudukan mereka disisi Allah pada hari Kiamat.” Para sahabat berkata, “Beritahukanlah kepada kami siapa mereka wahai Rasulullah?” Lalu Rasulullah menjelaskan, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah bukan karena ikatan kekerabatan diantara mereka dan bukan pula karena faktor harta yang mereka harapkan, demi Allah sesungguhnya pada wajah-wajah mereka terdapat cahaya dan mereka berada diatas cahaya, mereka tidak merasa khawatir ketika manusia khawatir, dan tidak pula bersedih hati ketika manusia bersedih hati, lalu beliau membaca firman Allah, “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran pada diri mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62) (HR. Abu Dawud, shahih)

Sebuah renungan bagi kaum muslimin
Namun, kita perhatikan fenomena akhir-akhir ini amat menghkawatirkan. Betapa banyak kaum muslimin yang menempatan cinta dan loyalitasnya mereka kepada orang-orang kafir, para artis, para pelaku maksiat yang jauh dari Islam. Disadari maupun tidak ‘musibah’ ini menjadi suatu fenomena yang dianggap biasa. Sehingga banyak kaum muslimin yang mengikuti tradisi orang kafir, merayakan hari raya dan mengkiblat gaya hidup mereka.

Sebaliknya, orang-orang yang seharusnya mereka cintai justru ditinggalkan. Padahal, tidak ada teladan yang lebih baik dari pada Rasulullah SAW, para ulama dan orang-orang shalih. Berawal dari kesalahan memilih idola akan berujung kepada salah memilih saudara. Bisa jadi mengapa hari ini banyak orang muslim acuh terhadap penderitaan saudaranya karena menganggap mereka ‘orang lain’, bukan bagian dari satu tubuh. Mengapa demikian? Karena orang yang dianggap saudara adalah orang yang memiliki idola dan life style yang sama.

Hari ini, kita sangat mendambakan hadirnya ukhuwwah Islamiyah, kesatuan atas dasar Islam. Kita merindukan masyarakat muslim yang mencintai saudara seimannya. Cinta yang tulus dan jujur, yang terwujud dengan senantiasa saling mengingatkan kepada kebenaran dan kesabaran. Tawashaw bil haq wa tawashaw bis shabr. Hari ini, kita masih mengangan-angankan hadirnya saudara seiman yang mengatakan, “Aku mencintaimu karena Allah.” Sehingga kita bisa membalas ungkapan mereka dengan doa, “Semoga Allah yang menjadikan engkau mencintaiku juga mencintaimu sebagaimana engkau mencintai aku.” Sungguh, ungkapan penyejuk jiwa yang tulus tersebut masih kita tunggu hingga hari ini.

“Ya Allah sesungguhnya kami memohon kecintaan kepada-Mu, mencintai orang-orang yang Engkau cintai dan mencintai amalan-amalan yang dapat mendekatkan diri pada cinta-Mu dan jadikanlah kecintaan kami kepada-Mu melebihi kecintaan kami pada diri kami, keluarga kami, dan air dingin yang segar.”