Selamat Datang di Duniaku "JADIKAN DUNIAMU ADALAH PIKIRANMU" Berwawasan Luas dan Kenali Duniamu

Beranda, Cilacap, Film, Puisi, Artikel, Tips Computer

Sabtu, 24 Juli 2010

Laporan Konservasi acara ke 1

ACARA I
PENILAIAN KAWASAN CAGAR ALAM PANANJUNG PANGANDARAN






Oleh :
Anggah Kurniawan
B0A007018



LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI







KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2009


I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang



Melestarikan komunitas hayati secara utuh merupakan cara yang paling efektif untuk melestarikan seluruh keanekaragaman hayati. Salah satu langkah terpenting dalam melestarikan komunitas hayati adalah menetapkan kawasan perlindungan secara legal. Kawasan perlindungan dapat ditentukan dengan berbagai cara, namun dua mekanisme yang paling umum adalah keputusan pemerintah (nasional, regional, maupun setempat) serta pembelian lahan yang dilakukan oleh individu (pribadi) atau organisasi.
Di Indonesia, berdasarkan Undang-undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, kawasan perlindungan dan pelestarian terbagi menjadi beberapa tipe kawasan berdasarkan fungsi dan peruntukanya

  • Kawasan suaka alam, meliputi cagar alam dan suaka margasatwa.
  • Kawasan pelestarian alam, meliputi taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.

Untuk kawasan laut, sampai saat ini (tahun 2000) telah ditetapkan 37 kawasan konservasi laut yang teletak di 33 lokasi di Indonesia, yaitu meliputi : Cagar Alam Laut (16), Suaka Margasatwa Laut (6), Taman Nasional Laut (9) dan Taman Wisata Laut (6).


B. Tujuan


Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini adalah untuk menilai dan menetapkan kawasan konservasi berdasarkan kriteria yang dimilikinya.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Cagar Alam Pananjung Pangandaran merupakan bagian dari laut jawa selatan yang mempunyai pemandangan yang indah dengan area yang sangat luas, memiliki berbagai macam flora dan fauna langka dan didalamnya terdapat gua alam dan gua buatan yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Dari kultur sejarahnya dinamakan Pananjung karena kawasan taman wisata alam ini terletak pada sebuah tanjung yang menghubungkan daratan ke laut lepas. Kawasan Obyek wisata alam ini pada mulanya merupakan salah satu pusat kerajaan Galuh Pangaoban yang berpusat di Putra Pinggan sekitar abad 14 M dengan rajanya yang bernama Prabu Angga Larang, namun kerajaan ini tidak bertahan lama karena di serang oleh bajak laut karena pihak kerajaan tidak mau menjual hasil buminya kepada bajak laut (DISBUDPAR JABAR, 2006).

Cagar Alam Pananjung mempunyai luas kurang lebih 530 hektar yang diantaranya termasuk hutan seluas 37,70 hektar dan terletak pada ketinggian 0 sampai 20 meter diatas permukaan air laut yang memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Cagar Alam Pananjung terletak bersebelahan dengan pantai Pangandaran, secara administratif daerah ini termasuk dalam wilayah kecamatan Pangandaran sekitar 60 km dari kota Banjar ke arah selatan (BAPEDA JABAR, 2006).

Cagar Alam Pananjung adalah tanjung kecil dengan hutan pantai pada daerah berbatu kapur, dengan populasi banteng dalam jumlah sedikit, dua jenis primata dan beberapa jenis burung. Pada daerah ini juga terdapat gua-gua tempat beribadah, makam bersejarah dan kapal perang jaman Jepang. Selain itu terdapat Rafflesia patma, pantai untuk berendam yang menarik, yang dikelilingi oleh taman coral. Daerah ini terbagi menjadi daerah hutan sekunder yang telah terganggu, hutan primer, tempat merumput dan beberapa perkebunan jati (evergreen) (BPLHD, 2007).

Kawasan pananjung pangandaran ditunjuk sebagai Suaka Marga Satwa pada tanggal 7 desember 1934 berdasarkan surat keputusan No. 9 yang dikeluarkan oleh Director Soomishe Zoken. Selanjutnya Departemen Pertanian pada tanggal 26 April 1961 dengan surat keputusan menteri pertanian No.34/KUP/1961 merubah pananjung pangandaran menjadi Cagar Alam. Semula daerah pananjung pangandaran seluas 457 Ha sebagai Wild reserrvon ink yang kemudian diperluas menjadi 524, 6 Ha dengan surat menteri pertanian tersebut (BKSDA, 2003).


III. MATERI DAN METODE


A. Materi


Materi yang diamati adalah kawasan yang dikunjungi dan alat yang perlu dipersiapkan adalah alat tulis dan daftar pertanyaan untuk menggali informasi.


B. Metode


Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :

  1. Dibuat daftar pertanyaan sesuai dengan informasi yang akan dicari di lokasi/ kawasan, dengan berdasarkan parameter serta kriteria yang harus dimiliki oleh kawasan tersebut.
  2. Dicari data sekunder untuk mendukung bahasan tersebut.
  3. Ditentukan status kawasan yang diamati berdasarkan perhitungan dari data yang diperoleh.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil


Hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan praktikum di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran adalah sebagai berikut :

A. Pengamatan di lapangan
1. Nama Kawasan : Kawasan Konservasi Sumberdaya Alam Pananjung, Pangandaran
2. Alamat : Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
3. Dibangun pada tahun : 1934
4. Luas area awal : 530 Ha
5. Luas area sekarang : 1.000 Ha
6. Keterwakilan (BKSDA, 2003)
a. Jumlah tipe ekosistem : 6
b. Jumlah ekosistem ideal : 11
c. Skor : x 100 % = 54,54 % (2 = cukup terwakili)
7. Keaslian
a. Luas ekosistem terpengaruh : 37,70 Ha
b. Luas ekosistem yang dinilai : 492,30 Ha
c. Skor : 92,34 % (3 = asli)
8. Keunikan
a. Skor : 2 (cukup)
9. Kelangkaan
a. Jumlah flora dan fauna di kawasan : Flora : 16 Fauna : 15
b. Jumlah flora dan fauna di wilayah pulau : Jawa :
· Flora : 199 jenis/100 Km2
· Fauna : 117 jenis
c. Skor : 1 (tidak langka)

10. Laju kepunahan
a. Jenis atau luasan ekosistem tahun 1 :
b. Jenis atau luasan ekosistem tahun 2 :
c. Skor :
11. Keutuhan/kelengkapan ekosistem
a. Skor : 3 (lengkap)
12. Keutuhan kawasan
a. Sumberdaya yang dimanfaatkan : 2
b. Sumberdaya awal : 7
c. Skor : 2
13. Luas area
a. Luas penyebaran flora dan fauna : 530 Ha
b. Luas kawasan yang diusulkan : 1.000 Ha
c. Skor : 53 % (2 = kurang utuh)
14. Keindahan alam
a. Responden berkata indah : 9
b. Jumlah seluruh responden : 10
c. Skor : 90 % (3 = indah)
15. Kenyamanan alam
a. Responden berkata nyaman : 12
b. Jumlah responden : 15
c. Skor : 80 % (3 = nyaman)
16. Aksebilitas
a. Frekuensi kendaraan kelokasi/hari :
b. Frekuensi optimum :
c. Skor :
17. Nilai sejarah
a. Skor : 3 (bernilai sejarah)
18. Aspirasi masyarakat
a. Responden setuju : 20
b. Jumlah responden : 25
c. Skor : 80 % (mendukung)
19. Kehendak politik
a. Skor : 3 (setuju)
20. Data sekunder
A. Sumber : Diktat/Buku
B. Tahun : 2002 - 2008
C. Informasi yang diperoleh :
a. Responden
b. Pemandu
c. Buku Panduan wisata
d. Internet
e. Diktat praktikum


B. Pembahasan


Lokasi Pangandaran semula hanya tempat perladangan penduduk. Namun, ketika Y Eycken menjabat sebagai residen Priangan tahun 1922, wilayah ini diusulkan menjadi taman buru. Kemudian pada tahun 1934, ini berkembang menjadi suaka margasatwa karena satwa yang semakin berkembang dan unik. Tahun 1961, statusnya berubah menjadi cagar alam sejak ditemukan bunga Raflesia patma. Akhirnya, semakin lama tempat ini berkembang menjadi tempat pariwisata.


Pangandaran sendiri terletak pada peninsular yang masuk ke Samudra Indonesia dengan cagar alam berbentuk air mata (teardrop). Bagian ujung selatan semenanjung adalah hutan lindung yang terdiri dari lahan perbukitan dan lahan daratan. Topografi 142,87 hektar lahan yang lain adalah dataran yang secara geologi dapat disebut beach ridges dan berbentuk genting tanah (isthmus) yang menghubungkan semenanjung bagian ujung dengan daratan Pulau Jawa.


Pangandaran memiliki dua pantai panjang, yaitu pantai timur dan pantai barat. Terdapat juga beberapa pantai kecil yang terletak dalam kawasan cagar alam. Daerah pantai di Pulau Jawa bagian selatan termasuk dalam humid tropical coasts (Af), dengan suhu rata-rata 37°C dan tingkat curah hujan yang cukup tinggi per tahunnya. Ciri topografis kawasan ini, khususnya semenanjung yang berbukit (cagar alam), bersama arus angin dan gelombang dari samudra Indonesia sangat mempengaruhi bentuk pantai-pantai dan ombak laut. Kondisi ini menahan angin kuat dari arah timur. Hal ini pula yang menyebabkan laut di sepanjang pinggir pantai barat (500 m) dari ujung selatan adalah daerah yang paling aman untuk berenang, berperahu dan aktivitas laut yang lain


Kawasan obyek wisata alam Pananjung, di dalamnya terdapat beberapa gua yang memiliki keindahan tersendiri, seperti gua Jepang yang memiliki panjang sekitar 4 m ini merupakan gua buntu yang memiliki lorong untuk tembus ke atas gua dan berfungsi sebagai tempat untuk mengelabui tentara sekutu disaat penyergapan terhadap tentara jepang di daerah ini. Selain itu, ada juga gua yang berbentuk seperti terowongan yang berfungsi untuk membuang bangkai rusa yang dimakan oleh anjing dan merupakan gua tempat tinggal biawak. Selain itu, di kawasan cagar alam ini juga terdapat situs yang bernama Batu Kalde atau Sapi Gumarang sebagai simbol dari sapi tunggangan para dewa yang merupakan tempat beribadah umat Hindu di masa kerajaan Pananjung dan terdapat beberapa reruntuhan candi dan makam pembesar kerajaan Pananjung


Selain cagar alam darat terdapat pula cagar alam lainnya yang didominasi oleh terumbu karang yang indah. Khusus mengenai terumbu karang Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo Pasifik. Indonesia memiliki area terumbu karang seluas 60.000 km2 lebih. Sejauh ini telah tercatat kurang lebih 354 jenis karang yang termasuk ke dalam 75 marga (Direktorat Jenderal Perikanan dan Kelautan, 2002). Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks, produktif dan keanekaragaman jenis biota yang amat tinggi. Variasi bentuk pertumbuhannya di pangandaran sangat kompleks dan luas sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain.


Potensi keanekaragaman hayati di pangandran didukung pula oleh fauna atau beberapa satwa yang dijumpai di kawasan konservasi yaitu dari kelompok mamalia antara lain : rusa, mecek, kera, jelarang, dan lutung. Adapun dari kelompok aves antara lain kangkareng, ayam hutan dan tulang tumpuk. Sedangkan kelompok reftilia yaitu biawak dan jenis-jenis ular. Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya perlu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat.


Berdasarkan data penetapan status kawasan konservasi di Taman Wisata Alam Pangandaran melalui metode survey, observasi dan wawancara serta perhitungan data maka parameter-parameter yang mendukung seperti keaslian di kawasan ini yang bernilai tinggi memiliki keunikan yang cukup dan luas area yang terliput semua. Keindahan taman wisata alam pangandaran merupakan unsur paling penting dalam pariwisata dalam daerah pananjung, pangandaran. Di kawasan ini keindahan alamnya memiliki keindahan yang cukup indah dan di samping itu kenyamanan daerah cagar alam merupakan kenyamanan yang cukup nyaman bagi pengunjung yang datang pada kawasan cagar alam ini. Kawasan cagar alam ini mempunyai nilai sejarah yang berskala nasional dan internasional, hal ini dibuktikan dengan adanya peninggalan jaman jepang dan peninnggalan jaman hindu yang berupa gua-gua antara lain : gua jepang dan gua keramat.


V. KESIMPULAN



Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagi berikut :
1. Kawasan Cagar Alam Pangandaran merupakan kawasan konservasi sumberdaya alam yang tergolong baik.
2. Kondisi cagar alam pangandaran secara umum sangat baik dan memenuhi berbagai kriteria diantaranya keaslian, keunikan, keindahan, kenyamanan, nilai sejarah dan lain-lain

DAFTAR PUSTAKA

BAPEDA JABAR. 2006. Saatnya Merevitalisasi Pangandaran. Bandung, Jawa Barat.

BKSDA. 2003. Buku Panduan Obyek Wisata Pangandaran. Ciamis, Jawa Barat.

BPLHD.2007. Keanekaragaman Hayati. Ciamis, Jawa Barat.

Direktorat Jenderal Perikanan dan Kelautan. 2002. Jurnal Pengembangan Terumbu Karang dan Pemanfaatannya. Jakarta.

DISBUDPAR. 2006. Cagar Alam Pananjung. Ciamis, Jawa Barat.

Tim Penyusun. 2008. Buku Praktikum Konservasi Sumberdaya Perairan. Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.