Selamat Datang di Duniaku "JADIKAN DUNIAMU ADALAH PIKIRANMU" Berwawasan Luas dan Kenali Duniamu

Beranda, Cilacap, Film, Puisi, Artikel, Tips Computer

Minggu, 25 Juli 2010

Laporan Konservasi acara ke 3

ACARA III
KOLEKSI SPESIMEN






Oleh :
Anggah Kurniawan
B0A007000







LAPORAN PRAKTIKUM KONSERVASI









KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2009

________________________________________________________________________________


I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang


Spesimen dari bermacam-macam hewan sering dibutuhkan untuk keperluan penelitian maupaun alat peraga dalam dunia pendidikan. Ahli pengetahuan alam, tidak dapat mengambil manfaat pada spesimen yang tidak diawetkan. Dalam kegiatan koleksi hewan perlu memperhatikan beberapa hal, diantaranya jangan sampai menggangu keberadaan satwa langka atau merusak sisa-sisa peninggalan dalam gua yang sudah ditingalkan manusia purba.

Hewan yang dikoleksi adalah hewan-hewan yang dibutuhkan untuk pengawetan dengan tujuan pengujian di kemudian hari. Semua spesimen koleksi harus diberi label yang berisi keterangan tantang nama spesies, lokasi penemuan tanggal koleksi dan data lain yang diperlukan. Label harus ditulis ketika spesimen diawetkan agar tidak terjadi kesalahan informasi mengenai spesies.


B. Tujuan


Tujuan dari praktikum ini adalah agar hewan tidak membusuk dan tahan lama sebagai peraga dalam botol koleksi.


II. TINJAUAN PUSTAKA



Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah. Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa di luar habitatnya adalah upaya menjaga keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa agar tidak punah. Bentuk kegiatan pengawetan antara lain pemeliharaan dan pengembangbiakan (Pasal 3) sedangkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 menyatakan bahwa pengembangbiakkan atau budidaya merupakan kegiatan pemanfaatan kawasan hutan pada kawasan lindung. Istilah konservasi sering diterjemahkan sebagai pengawetan. Misalnya konservasi tanah dan air disebut pengawetan tanah dan air. Di dalam Undang-undang No. 68 tahun 1998, tindakan pengawetan dilakukan di semua kawasan baik itu di KPA maupun KSA dan tindakan pengawetan adalah perlindungan dan pengamanan kawasan di samping kegiatan penunjang lainnya (PP No. 7, 1999).

Identifikasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya untuk mengenal jenis, keadaan umum, status populasi dan tempat hidupnya yang dilakukan di dalam habitatnya selain mengidentifikasi jenis tumbuhan dan satwa juga harus menginventaris jenis tumbuhan dan satwa dan Inventarisasi jenis tumbuhan dan satwa adalah upaya mengetahui kondisi dan status populasi secara lebih rinci serta daerah penyebarannya yang dilakukan di dalam dan di luar habitatnya maupun di lembaga konservasi (PP No. 7, 1999).

Formalin merupakan cairan tidak berwarna dengan karakteristik bau menyengat, iritan dan menghasilkan aroma terbakar. Formalin dapat dicampur dengan alkohol dan air namun tidak dapat dicampur dengan kloroform dan eter. Formalin tidak dapat digunakan bersamaan dengan ammonia, gelatin, fenol dan zat oksidator. Untuk menjaga kualitasnya, larutan ini harus disimpan dalam tempat yang hangat (di atas 15°C) pada tekanan udara yang cukup tinggi dan jauhkan dari cahaya. Endapan kecil berwarna putih dapat terbentuk jika tersimpan pada tempat yang dingin. Formalin merupakan larutan cair mengandung 34-38 % CH2O dengan metil alkohol sebagai zat stabilisator untuk memperlambat polimerisasi formalin menjadi paraformaldehid yang padat (Darsono, 2005).

Kelomang pantai/marine hermit crab (Pagurus pollicaris) adalah salah satu jenis spesies yang eksotis. Kelomang dewasa dapat mencapai ukuran sebesar kepalan tangan manusia dan memiliki warna kulit (mulai dari pangkal mata, sungut, kaki-kaki dan karapasnya) merah menyala, jingga atau belang merah dan putih (Anonim, 2006).

Moluska merupakan salah satu sumberdaya hayati laut yang potensial di perairan Indonesia. Beberapa jenis hewan ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan dapat dimanfaatkan baik daging maupun cangkangnya. Lebih dari 30 jenis moluska dari India cangkangnya digunakan untuk cinderamata. Pemanfaatan sumberdaya moluska terus meningkat. Namun sumbernya hanya berasal dari hasil tangkapan alam, bukan hasil budidaya. Eksplorasi berlebihan terhadap moluska menyebabkan populasinya menurun tajam. Salah satu moluska tersebut adalah keong mata lembu/keong batulaga (Turbo argyrostoma) yang memiliki nilai komersial tinggi karena cangkangnya (Anonim, 2008).


III. MATERI DAN METODE


 
A. Materi


Materi yang dikoleksi adalah hewan air yang tertangkap di lokasi praktikum (pisces, molusca, crustacea dan echinodermata). Bahan yang dibutuhkan adalah alkohol 70 % untuk mengawetkan kelompok echinodermata dan crustacea. Formalin 4 % dan 10 % untuk pengawetan pisces dan mollusca. Alat yang digunakan adalah alat tangkap (seser, penjepit, kayu atau pinset), botol koleksi, gunting, cutter/skapel, alat suntik, ember dan kantung plastik.


B. Metode


Metode yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :

  1. Dibuat koleksi spesimen hewan air yang tertangkap di lokasi praktikum, diusahakan masing-masing praktikan mengoleksi hewan yang berbeda.

  2. Spesies yang telah didapat kemudian diawetkan sementara dengan menggunakan larutan formalin dan dimasukkan ke kantung plastik.

  3. Dipersiapkan kertas label sementara yang berisi keterangan nama spesies (daerah), tempat pengambilan, kedalaman air, warna asli, tanggal dan kolektor, kemudian label ditempelkan pada kantung plastik spesies yang telah diawetkan sementara.

  4. Dilakukan determinasi dan identifikasi terhadap hewan koleksi dengan bantuan pustaka di laboratorium.

  5. Spesies diawetkan untuk dikoleksi dengan menggunakan larutan alkohol 70%, kemudian dimasukkan ke dalam botol koleksi.

  6. Dikumpulkan hasil koleksi yang telah dilengkapi dengan label permanen di green house.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

 


A. Hasil


Hasil dari koleksi spesimen yang ditemukan di Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran dengan sistematika sebagai berikut :

1. Nama Indonesia : Kelomang pantai (Pagurus pollicaris)

Nama daerah : Kumang/Pong-pongan
Lokasi penemuan : Pantai pasir putih Pangandaran
Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Sub Phylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Anomura
Familia : Pagurutidae
Genus : Pagurus
Species : Pagurus pollicaris

2. Nama Indonesia : Keong mata lembu (Turbo argyrostoma)

Nama daerah : Mata lembu
Lokasi penemuan : Pantai pasir putih Pangandaran
Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Phylum : Mollusca
Sub Phylum : Crustacea
Class : Gastropoda
Ordo : Archaeogastropoda
Familia : Turbinidae
Genus : Turbo
Species : Turbo argyrostoma

Kedua jenis spesies tersebut kemudian diawetkan dengan cara sistem basah sesuai dengan cara kerja/metode tersebut di atas.


B. Pembahasan


Koleksi spesimen yang kami temukan di Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran adalah Kelomang pantai (Pagurus pollicaris) dan Keong mata lembu (Turbo argyrostoma). Kelomang pantai merupakan anggota dari Familia Pagurutidae, sedangkan keong mata lembu merupakan anggota dari Familia Thiaridae.

Pengawetan kedua spesies tersebut menggunakan larutan formalin dengan cara dimasukan dalam kondisi hidup ke dalam larutan formalin dengan perbandingan 1 bagian formalin dan 9 bagian air. Cairan itu dapat digunakan untuk mengawetkan spesies selama 3 hari. Setelah itu spesies dipindahkan ke dalam botol koleksi yang diisi dengan alkohol 70 % dan tutup rapat-rapat (Tim Penyusun, 2008).

Banyak orang salah kaprah terhadap kelomang; hewan laut yang kerap dijual sebagai “mainan” anak-anak di depan Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak, pasar tradisional atau di lokasi wisata pantai ini kerap kali dijuluki “keong”. Padahal tidaklah demikian halnya. Menurut kamus bahasa Indonesia, “keong” adalah jenis hewan lunak berkaki perut dan bercangkang tunggal atau gastropoda, demikian dalam bahasa Biologinya. Dalam bahasa Inggris, kelomang dikenal dengan istilah hermit crab. Latar belakang julukan ini adalah keberadaan kelomang dalam cangkangnya yang mirip seorang pertapa yang sedang menyendiri dalam sebuah gua.

Salah kaprah yang kedua adalah: banyak orang yang menyangka bahwa cangkang kelomang senantiasa ikut bertumbuh seiring dengan bertambah besarnya tubuh sang Pemakai (seperti pada kura-kura atau siput). Padahal kenyataannya, cangkang tersebut hanyalah “busana” bagi si Kelomang. Mengapa mereka harus senantiasa berpakaian ? Tak lain karena bagian belakang tubuh kelomang darat (abdomen alias perut yang lunak) sangat mudah terluka. Abdomen tersebut bergelung sesuai perputaran rongga cangkang siput dan mempunyai fleksibilitas seperti pegas, sehingga dapat berkontraksi atau memanjang dan mengerut sesuai keperluan. Bagian bawah perut kelomang juga berfungsi mirip insang, yaitu untuk menyerap zat asam yang berasal dari cadangan air dalam cangkang (Anonim, 2008).

Kelomang pantai/marine hermit crab (Pagurus pollicaris) adalah salah satu jenis spesies yang eksotis. Kelomang dewasa dapat mencapai ukuran sebesar kepalan tangan manusia dan memiliki warna kulit (mulai dari pangkal mata, sungut, kaki-kaki dan karapasnya) merah menyala, jingga atau belang merah dan putih (Anonim, 2006). Warna mata umumnya coklat bening, namun kadangkala ditemukan yang bermata hitam, hijau lumut atau abu-abu. Selain itu, seluruh tubuh kelomang jenis ini juga dipenuhi setae (pori-pori) yang berwarna putih. Abdomen kelomang selalu berwarna putih bersih dan karapas di bagian punggungnya cenderung melebar. Kaki kiri ketiganya (yang biasa disebut shield leg, berguna untuk menutup cangkang bersama sepit kiri) agak gemuk, sementara sepit kirinya bulat dan pipih. Tingkat kematian saat mengganti rangka luar (kegagalan molting) cukup tinggi. Habitat jenis kelomang tersebut biasa terdapat di pantai yang tidak tercemar.

Keong mata lembu (keong batulaga) memiliki nilai komersial tinggi karena cangkangnya. Keong ini termasuk salah satu anggota ordo Archaeogatropoda. Namun keong batulaga dewasa ini sulit didapatkan sehinga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan No. 12 tahun 1987. Oleh karena itu, untuk menjaga kelestariannya perlu dibuat suatu model pendekatan dengan memakai keong dari genus yang sama untuk mengetahui biologi reproduksi, tipe seksualitas, dan habitatnya. Di samping, parameter lingkungan yang penting dalam menstimulasi pematangan gonad serta beberapa aspek karakteristik biologi reproduksi (Anonim, 2008).

Hasil kajian biologi reproduksi keong mata menunjukkan, tipe reproduksi keong mata lembu jantan dan betina adalah dioecious. Sistem reproduksi jantan berbeda dengan betina. Saluran sperma keong jantan langsung menuju penis yang rudimenter. Sedang keong betina saluran telur menyatu dengan usus besar tepat di daerah anus. Keong mata lembu jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan keong betina. Tingkah laku kawin terjadi pada pagi hari dan berlangsung selama empat jam.

Sementara kajian biokologi, kondisi abotik perairan habitat keong mata lembu yang paling cocok yakni pada pH 7-8, suhu 23-26°C, salinitas 32-33 ppm dan kandungan oksigen terlarut 3-5 ppm. Di samping itu, keong mata lembu lebih menyukai rataan terumbu yang ditumbuhi tumbuhan laut jenis Sargassum sp. Wadah penyimpanan terbaik untuk transportasi keong mata lembu adalah kotak pendingin yang di dalamnya terdiri atas lapisan es (bagian bawah), koran (bagian tengah) dan koran pembungkus keong. Perlakuan berupa pemanasan, pendinginan, pembuatan lubang pada cangkang tidak berpengaruh terhadap proses pemijahan (Anonim, 2008).

V. KESIMPULAN



Bardasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

  1. Pengawetan dilakukan dengan menggunakan formalin serta alkohol 70 % agar spesies yang diawetkan tidak membusuk dan tahan lama sebagai peraga.

  2. Sebelum terjadi kepunahan terhadap spesies maka perlu adanya kegiatan pengawetan untuk keperluan penelitian, pengetahuan, maupun alat peraga dalam dunia pendidikan di masa mendatang.

  3. Koleksi spesimen yang berhasil kami temukan di Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran adalah Kelomang pantai (Pagurus pollicaris) dan Keong mata lembu (Turbo argyrostoma).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Mengenal Kelomang Darat. www.jakartapets.com.

______. 2008. Deskripsi Kelomang. www.pets.groups.yahoo.com.

______. 2008. Keong Batulaga, Satwa Langka yang Dilindungi. www.pelita.or.id.

Darsono, P. 2005. Teripang (Holothuroidea) Perlu Dilindungi. Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia.

PP. No 7 Tahun 1999. Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Tim Penyusun. 2008. Buku Praktikum Konservasi Sumberdaya Perikanan. Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.